JAKARTA (JB)– Industri animasi Indonesia kembali menghadirkan karya terbaru berjudul “Jumbo”, sebuah film animasi yang menggabungkan nostalgia masa kecil dengan cerita penuh makna. Film ini tidak hanya ditujukan untuk anak-anak, tetapi juga mengajak generasi milenial (kelahiran 1981–1996) untuk bernostalgia dengan kenangan sebelum era digital mendominasi kehidupan sehari-hari.
Petualangan Penuh Kenangan di Era Sebelum Gawai

Seperti sebuah kapsul waktu, “Jumbo” membawa penonton kembali ke masa ketika pertemanan terjalin erat tanpa perantara teknologi. Film ini menghadirkan suasana khas Indonesia dengan:
✅ Rumah-rumah beratap genteng di perkampungan yang akrab.
✅ Anak-anak bermain kasti dan petak umpet di lapangan terbuka.
✅ Nuansa hangat pertemanan yang sederhana namun penuh makna.
Karakter dalam film ini juga terasa dekat dengan keseharian masyarakat Indonesia:
✔️ Don – Anak gemuk yang sering dirundung tetapi berhati besar.
✔️ Nurman – Penggembala kambing yang setia kawan.
✔️ Maesaroh – Gadis periang yang mudah bergaul.
✔️ Atta – Anak populer yang jago bermain.
Selain menghibur, “Jumbo” juga menyinggung isu sosial yang relevan, seperti perundungan (bullying) yang sering terjadi di lingkungan anak-anak.
Cerita Sarat Makna: Persahabatan, Empati, dan Keberanian
Kisah “Jumbo” berpusat pada Don, yang harus menghadapi kehilangan orang tuanya. Dalam perjalanan emosionalnya, ia bertemu dengan Meri, roh seorang anak perempuan yang ingin mengetahui siapa yang membongkar makam orang tuanya.
Melalui petualangan mereka, film ini menyampaikan pesan moral yang kuat tentang:
✔️ Pentingnya empati dan persahabatan.
✔️ Keberanian dalam menghadapi kehilangan.
✔️ Nilai kejujuran dan keteguhan hati.
Animasi Berkualitas dan Musik yang Memikat
Dari segi visual, “Jumbo” menampilkan animasi yang detail, warna cerah, dan gerakan dinamis, membuktikan bahwa industri animasi Indonesia telah berkembang hingga mencapai standar internasional.
Musik juga menjadi daya tarik utama, dengan lagu-lagu yang dibawakan oleh Prince Poetiray, Bunga Citra Lestari, dan Quinn Salman, serta arahan musik dari Laleilmanino.
Kekurangan yang Masih Bisa Ditingkatkan
Meski mengesankan, “Jumbo” masih memiliki beberapa kekurangan, seperti:
❌ Tempo cerita yang terkadang melambat akibat transisi antar-bab yang menggunakan subjudul.
❌ Sinkronisasi suara dan gerakan mulut yang bisa lebih natural.
❌ Integrasi elemen fantasi dan realisme yang perlu lebih diperjelas, terutama soal kekuatan roh Meri.
Pencapaian Besar untuk Animasi Indonesia
Diproduksi oleh Visinema Studios, “Jumbo” adalah hasil kerja keras selama lima tahun, melibatkan lebih dari 400 kreator animasi lokal. Film ini juga menandai debut penyutradaraan animasi layar lebar bagi Ryan Adriandhy.
Dengan semua kelebihan dan kekurangannya, “Jumbo” tetap menjadi pencapaian luar biasa bagi industri animasi Indonesia.
Jadwal Tayang
“Jumbo” akan tayang di bioskop Indonesia mulai 31 Maret 2025, siap membawa penonton dalam petualangan emosional penuh kehangatan dan nostalgia. Jangan lewatkan kesempatan untuk menikmati karya anak bangsa yang membanggakan ini!