JENDELABANGSA.COM– Bank Sampah Induk (BSI) Jogja terus berinovasi dalam pengelolaan sampah, baik organik maupun anorganik. Salah satu terobosan terbaru adalah pengembangan produk olahan maggot, termasuk tepung maggot yang berpotensi besar sebagai pakan ikan.
Ketua BSI Jogja, Sri Martini, mengungkapkan bahwa inovasi ini merupakan bagian dari dukungan terhadap program “Organikkan Jogja” yang digagas Pemerintah Kota Yogyakarta.

“Tahun ini kami fokus pada monitoring dan evaluasi alat pengolahan sampah organik berbasis biopori yang sudah kami distribusikan. Jika digunakan dengan baik, hasilnya bisa diolah menjadi pupuk atau dijadikan media tanam,” ujar Sri Martini, Rabu (8/1/2025).
Pengolahan Sampah dengan Maggot
BSI juga mengembangkan teknologi pengolahan sampah organik menggunakan maggot. Saat ini, dua demplot atau kandang maggot yang dikelola BSI mampu mengolah hingga 360 kg sampah organik setiap hari.
“Awalnya kami menetaskan maggot dari telur. Sekarang, kami bisa memproduksi maggot dalam jumlah besar dengan kapasitas hingga 360 kg per hari,” katanya.
Dari pengolahan maggot ini, BSI menghasilkan berbagai produk seperti telur, baby maggot, fresh maggot, pupa maggot, maggot kering, kasgot pupuk, dan tepung maggot. Produk-produk ini sangat potensial sebagai pengganti pakan ikan, yang sekaligus membuka peluang ekonomi baru dari pengelolaan limbah organik.
“Kami ingin mendukung program Organikkan Jogja tidak hanya di tahap awal (hulu), tetapi juga hingga hasil akhirnya (hilir),” tambah Sri.
Pengelolaan Sampah Anorganik
Selain organik, BSI juga mencatat pencapaian signifikan dalam pengelolaan sampah anorganik. Hingga Oktober 2024, BSI telah mengelola lebih dari 75 ton sampah anorganik seperti kertas, plastik, logam, dan kaca.
Sampah-sampah ini diserap dari 130 bank sampah unit (BSU) berbasis RT/RW, perkantoran, dan perguruan tinggi di Yogyakarta. Sri menekankan bahwa kebiasaan memilah sampah anorganik seharusnya sudah menjadi budaya masyarakat selama tiga tahun terakhir.
“Pemilahan sampah anorganik tidak lagi pada tahap sosialisasi, tetapi sudah menjadi kebiasaan masyarakat Kota Yogyakarta,” katanya.
Mendorong Ekosistem Berkelanjutan
Menurut Sri, keberadaan BSI telah menciptakan perubahan perilaku masyarakat dan mendukung ekosistem berkelanjutan melalui pengelolaan sampah terpadu.
“Dengan pendekatan ini, kami tidak hanya mengurangi sampah tetapi juga membuka peluang inovasi dan peluang ekonomi baru. Keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat dapat berjalan beriringan,” tandasnya.
Dengan inovasi ini, BSI Jogja menunjukkan bahwa pengelolaan sampah tidak hanya berkontribusi pada lingkungan, tetapi juga memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat.