JENDELABANGSA.COM – Pemerintah menunjukkan keyakinan dalam meningkatkan kapasitas produksi minyak dan gas bumi (migas) nasional melalui adopsi teknologi modern. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa langkah ini adalah respons atas penurunan alami produksi migas.
“Pemerintah merespons cepat penurunan lifting migas dengan percepatan penggunaan teknologi terbaru,” kata Bahlil pada Sabtu (28/12/2024).

Ia menjelaskan, swasembada energi membutuhkan optimalisasi lifting migas yang berkelanjutan. Untuk itu, pemerintah mendorong kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) seperti ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) untuk meningkatkan produksi mereka melalui teknologi canggih.
“ExxonMobil, misalnya, menyumbang 25 persen dari total lifting nasional. Dengan intervensi teknologi, kita dapat menaikkan produksi mereka secara signifikan,” tambahnya.
Bahlil mengungkapkan, Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil awalnya memproduksi 100.000 barel minyak per hari, namun melalui teknologi, kapasitas ini berhasil ditingkatkan hingga 163.000 barel per hari.
Teknologi pengeboran enhanced oil recovery (EOR) menjadi salah satu pendekatan yang dinilai efektif untuk meningkatkan produksi minyak bumi. Saat ini, Kementerian ESDM bersama SKK Migas tengah mempertimbangkan kebijakan insentif untuk mendorong implementasi teknologi ini.
Tantangan Produksi vs Konsumsi
Bahlil juga menyoroti ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi migas di Indonesia. Saat ini, lifting minyak berada di angka 600 ribu barel per hari, sementara konsumsi mencapai 1,5 hingga 1,6 juta barel per hari.
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah mempercepat eksplorasi migas melalui kerja sama dengan KKKS dalam bentuk studi bersama (joint study). Kerja sama ini bertujuan menemukan potensi cadangan migas baru yang belum tereksplorasi.
“Kami mengundang KKKS untuk bekerja sama dalam menemukan potensi cadangan migas baru melalui joint study,” ujarnya.
Selain itu, pemerintah juga berupaya mengurangi ketergantungan pada impor migas guna menekan defisit neraca perdagangan.
“Strategi kami adalah meningkatkan produksi migas domestik untuk mengurangi impor dan menciptakan swasembada energi,” pungkas Bahlil.
Langkah ini diharapkan dapat mendorong sektor energi nasional menuju kemandirian yang lebih berkelanjutan.