BENGKALIS (JB)– Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bengkalis mengalami penurunan signifikan hingga pertengahan Maret 2025. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bengkalis, tercatat 16 kasus DBD pada bulan ini, dengan seluruh pasien telah dinyatakan sembuh.
Meski demikian, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Bengkalis, Ermanto, SKM, MKM, melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Irawadi, SKM, MPH, mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, terutama di daerah yang masih menunjukkan peningkatan kasus.

“Kasus terbanyak masih terjadi di Kecamatan Bengkalis, namun ada kenaikan di wilayah Pulau Rupat. Kami mengajak masyarakat untuk lebih aktif menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan langkah-langkah pencegahan,” ujar Irawadi, Selasa (18/3/2025).
Langkah Pencegahan DBD yang Ditekankan
Irawadi menjelaskan bahwa nyamuk Aedes aegypti, sebagai penyebab utama DBD, lebih sering ditemukan di dalam rumah dan dapat berpindah melalui pakaian, helm, angin, atau kendaraan. Oleh karena itu, masyarakat disarankan untuk:
✔ Menggunakan insektisida sederhana seperti Baygon, VAPE, atau HIT untuk membunuh nyamuk.
✔ Menerapkan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur ulang, dan langkah tambahan seperti menanam tanaman pengusir nyamuk).
✔ Memastikan ventilasi dan cahaya matahari masuk ke dalam rumah agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
“Kami lebih mengutamakan edukasi kepada masyarakat agar memahami pola penyebaran DBD dan cara pencegahan yang efektif. Jika ada kasus, segera lakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan semprotkan insektisida di sekitar rumah pasien. Fogging hanya dilakukan jika benar-benar diperlukan,” jelas Irawadi.
Kendalanya: Deteksi Lambat dan Waktu Fogging Terlambat
Salah satu tantangan utama dalam pengendalian DBD adalah keterlambatan deteksi. Diagnosis DBD umumnya baru terkonfirmasi pada hari ke-4 atau ke-5 setelah demam, sementara fogging sering baru dilakukan pada hari ke-6 atau ke-7, sehingga memungkinkan penyebaran virus lebih luas sebelum tindakan dilakukan.
Oleh karena itu, Irawadi meminta seluruh Kepala UPT Puskesmas dan pengelola program DBD untuk lebih proaktif dalam pencegahan serta mendorong masyarakat agar segera melaporkan jika ada kasus DBD di lingkungan mereka.
“Kami berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya pencegahan, mulai dari menjaga kebersihan lingkungan hingga segera melaporkan jika ada kasus DBD. Dengan sinergi bersama, kita dapat menekan angka DBD lebih jauh lagi,” tutupnya.
Dengan kesadaran dan tindakan preventif yang tepat, diharapkan kasus DBD di Bengkalis dapat terus ditekan, sehingga masyarakat dapat hidup lebih sehat dan terhindar dari ancaman penyakit ini.