PANGKALAN KERINCI (JB)– Aroma manis pandan menyambut dari dapur sederhana di Perumahan Griya Sakinah Madani, Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan. Dari balik kepulan uap cetakan berbentuk kelopak bunga kamboja, Sri Hidayani (40), akrab disapa Mak Zai, mengaduk harapan dalam adonan Bolu Kemojo—kue tradisional khas Melayu yang kini menjadi sumber kehidupan keluarganya.
Sri, perempuan tangguh yang pernah bekerja sebagai petugas kebersihan sambil merawat empat anak, memulai usaha Bolu Kemojo pada 2020. Ia meneruskan warisan sang ibu, saat orang tuanya jatuh sakit. Meski hanya tamatan SMP dan dibatasi oleh minimnya akses peralatan dan pelatihan, Sri tetap berjuang membesarkan usahanya.

Kondisi mulai berubah ketika ia bergabung dalam Program Community Development (CD) dari PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Melalui program ini, Sri memperoleh pelatihan kewirausahaan, bantuan alat produksi, kemasan, hingga strategi pemasaran digital.
“Awalnya saya hanya bisa buat kue, tapi tidak tahu cara jualnya. Setelah ikut pelatihan RAPP, saya belajar promosi online, kemasan, hingga dapat bantuan etalase dan plang usaha,” ujar Sri.
Kini, Dapur Mak Zai menjelma menjadi UMKM yang berkembang. Omzet bulanan yang semula hanya Rp2,5 juta, kini mencapai Rp6,8 juta. Produk utamanya—Bolu Kemojo varian pandan dan durian—menjadi oleh-oleh favorit dari Kabupaten Pelalawan.
Harga produknya pun terjangkau: varian pandan ukuran besar dijual Rp20.000, ukuran kecil berisi 8 potong Rp22.000. Sedangkan varian durian masing-masing dibanderol Rp25.000 dan Rp30.000.
Nama “Dapur Mak Zai” sendiri sarat makna. “Mak” mengacu pada sang ibu, sementara “Zai” diambil dari nama anak bungsunya, Zaidan—simbol warisan dan harapan lintas generasi.
Didukung penuh oleh RAPP, Sri kini tengah bersiap membuka outlet baru, sambil memperluas produksi dan distribusi. Renovasi tempat usaha dan rencana pembelian kendaraan operasional menjadi langkah lanjut dalam membesarkan usaha.
“Perjalanan ini tidak mudah, tapi saya percaya konsistensi dan kemauan belajar bisa membawa perubahan,” ucap Sri penuh keyakinan.
Head of Community Development RAPP, Ferdinand Leohansen Simatupang, menyebut Dapur Mak Zai sebagai bukti keberhasilan pemberdayaan berbasis potensi lokal. Program ini merupakan bagian dari pilar Kemajuan Inklusif dalam visi APRIL2030, yang menargetkan pengurangan kemiskinan ekstrem di sekitar wilayah operasional perusahaan.
“Kami percaya pemberdayaan UMKM harus dimulai dari pemahaman atas kekuatan lokal. Karena itu, pelaku usaha dilibatkan secara aktif agar program benar-benar menjawab kebutuhan mereka,” jelas Ferdinand.
Melalui pendekatan aktif dan berkelanjutan—dari pelatihan, pendampingan, hingga fasilitasi penjualan—RAPP berupaya membangun UMKM yang mandiri, tangguh, dan berdaya saing.
Dapur Mak Zai bukan hanya cerita tentang usaha kecil, tapi juga tentang cinta, perjuangan, dan kolaborasi. Sebuah contoh nyata bahwa dukungan tepat dan semangat pantang menyerah dapat mengubah mimpi menjadi kenyataan. ***