BANDUNG, (JB) – Pameran seni rupa bertajuk Diversity of Nusantara Art “DNA” yang akan diselenggarakan pada tanggal 24-27 November 2024 di Gedung Ruang Pancasila Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di New York City, akan menampilkan karya dua seniman Indonesia yang tetap mempertahankan akar budaya Indonesia dalam setiap ekspresi seninya.
Mereka adalah Warli Haryana dan Jo Cowtree, yang meskipun berada di dua benua yang berbeda – Bandung dan New York City – namun keduanya tetap mengedepankan budaya Indonesia dalam setiap karyanya.

Warli Haryana, yang juga seorang dosen seni rupa di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), membawakan tiga karya besar yang sarat akan pesan filosofis.
Karyanya yang berjudul Menari di Bulan menggambarkan perjalanannya dari masa kecil yang sulit hingga mewujudkan mimpinya di New York City.
“Nafsu Jiwa” berisi tentang pesan bahwa hidup adalah sebuah perjuangan di mana seseorang harus mengatasi godaan dan rintangan untuk meraih kesuksesan. Melalui Wahyu Tohjali, kami mengajak generasi muda untuk terus mengapresiasi dan menggarap akar budaya Indonesia tanpa melupakan jati diri,” ujarnya dalam keterangannya, Jumat (6/12/2024) di laman TribunJabar.id.
Di sisi lain, Jo Cowtree yang berprofesi sebagai praktisi seni di BOLABALI New York menampilkan karya yang memadukan keanggunan batik Jawa dengan seni primitif Papua.
baca juga Pj Gubernur Riau Lantik Roni Rakhmat sebagai Pj Wali Kota Pekanbaru
Dengan warna-warna yang bersahaja dan simbol-simbol alam, Cowtree menciptakan sebuah karya eksotis yang mengekspresikan kerinduan akan keindahan alam tropis Indonesia, meskipun ia tinggal di luar negeri.
“Karya ini menggambarkan bagaimana seni dapat menjadi jembatan antar budaya dengan membawa kekayaan budaya Indonesia kepada dunia, terutama di kota seni seperti New York,” katanya.
Pameran ini mendapat animo positif dari beberapa pihak, termasuk Konsul Jenderal Republik Indonesia di New York, Winanto Adi, yang menekankan pentingnya pameran seni rupa ini dalam mengenalkan budaya Indonesia di kancah internasional, khususnya di kota New York.
Rektor Universitas Pendidikan Indonesia, Prof Dr Solehuddin, M.Pd, MA, mengatakan, karya seni rupa tidak hanya menampilkan keindahan visual, namun juga nilai-nilai budaya dan filosofi yang mendalam.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Sekolah Pascasarjana UPI Prof Dr Juntika Nur Iksan, M.Pd, mengatakan, seni visual dapat berfungsi sebagai terapi dengan membantu pengunjung mengekspresikan diri dan mempererat hubungan sosial.
Pengunjung pameran diajak untuk mengekspresikan diri dengan melukis atau menulis di atas kanvas panjang yang disediakan.
Pameran ini juga dikunjungi oleh masyarakat Indonesia di New York, termasuk pelukis Debora, pemilik Taste of Surabaya Fefe Anggono, dan para mahasiswa dari New York City. Jurnalis dan fotografer asal New York, Dale Willman.
Pameran ini ditutup dengan tampilan karya wayang digital yang dibuat oleh mahasiswa dari UPI dan Columbia University sebagai bagian dari lokakarya “Eksplorasi Diri Melalui Motif Batik dan Wayang”. (DS)