BRASIL, (JB) – Menteri Kebudayaan Indonesia Fadli Zon menyampaikan permintaan resmi untuk pemulangan Prasasti Pucangan dari India dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Kebudayaan India Gajendra Singh Shekhawat di sela-sela Pertemuan Menteri Kebudayaan G20 di Brasil pada hari Jumat, 8 November 2024. Inisiatif ini menunjukkan tekad Indonesia untuk mengembalikan aset budaya berharga yang penting bagi identitas dan sejarah negara.
Prasasti Pucangan, yang juga dikenal sebagai “Batu Airlangga” dan “Batu Kalkuta”, merupakan peninggalan berharga dari abad ke-11, yang ditugaskan oleh Raja Airlangga, salah satu penguasa terbesar dalam sejarah Jawa. Prasasti ini berisi catatan penting tentang peristiwa-peristiwa bersejarah pada masa pemerintahan Airlangga, termasuk sistem politik dan agama di Jawa pada saat itu. Pada awal abad ke-19, prasasti ini ditemukan oleh Stamford Raffles, letnan gubernur Inggris di Jawa, yang kemudian mengirimkannya kepada Lord Minto, gubernur jenderal Inggris di India. Saat ini, artefak ini berada di Museum India di Kolkata.

Sebuah langkah penting untuk memulihkan sejarah nasional
Fadli Zon mengatakan bahwa kembalinya prasasti Pucangan merupakan langkah penting untuk mengembalikan bagian dari sejarah dan identitas budaya kita.
“Pengembalian prasasti ini tidak hanya akan memberikan pengetahuan sejarah, tetapi juga mempererat persahabatan budaya antara Indonesia dan India,” kata Fadli Zon.
Dia menyarankan agar penyerahan resmi prasasti tersebut dilakukan bertepatan dengan kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke India pada awal tahun 2025 untuk memperingati 76 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan India.
Fadli juga menekankan bahwa prasasti tersebut akan menandai peringatan 76 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan India. Fadli juga menekankan bahwa upaya ini sejalan dengan Kashi Culture Path, sebuah prinsip yang diadopsi pada pertemuan Menteri Kebudayaan G20 tahun 2023 di India. Prinsip ini mendorong pemulangan properti budaya ke negara asalnya sebagai bagian dari konservasi warisan dunia. Indonesia berharap India akan mendukung pemulangan ini sebagai bentuk kerja sama untuk melestarikan sejarah dan budaya dunia.
Bekerja sama mengembalikan artefak budaya yang tersebar di seluruh dunia
Selain pemulangan Prasasti Pucangan, Fadli juga mengusulkan kerja sama antara Indonesia dan India dalam pemulangan artefak budaya yang masih berada di negara lain, terutama di Eropa. Banyak artefak penting dari India dan Indonesia yang tersimpan di negara-negara seperti Inggris dan Belanda.
“Kita harus secara kolektif mendorong negara-negara tersebut untuk mengembalikan warisan budaya yang menjadi milik kita. Ini adalah langkah untuk mengembalikan keadilan sejarah,” kata Fadli.
Selain pemulangan warisan budaya, pertemuan ini juga menjadi pendorong bagi Indonesia dan India untuk memperkuat kerja sama budaya. Kedua negara sepakat untuk menjajaki kerja sama di berbagai bidang mulai dari pengembangan industri budaya hingga program restorasi warisan budaya Hindu dan Budha, berbagi pengetahuan dan konsorsium budaya. Kerja sama ini diharapkan dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi kedua negara, tetapi juga bagi pelestarian budaya dunia.
Langkah Indonesia mengajukan pemulangan Prasasti Pucangan merupakan bentuk keterlibatan Indonesia dalam perjuangan pemulangan artefak bersejarah yang juga diharapkan dapat membuka jalan bagi restorasi dan pelestarian warisan budaya yang lebih luas dalam skala global. (DD)